Saturday, December 10, 2011

Warna-warni Ujian Semester

     Sekitar 2 hari yang lalu ujian semester berakhir, pergi  meniggalkan para santri Ponpes Imam Syuhodo. Tapi, ujian semester tidak pergi begitu saja tanpa meniggalkan kenangan. Ujian semester pergi meninggalkan kenangan berupa sebuah suasana yang mungkin akan membuat rindu bagi seluruh  santri dan asatidz. Pada saat masa berlangsungnya ujian semester suasana pondok berubah drastis.
     Semua santri khusuk belajar untuk menghadapi ujian, dari yang di hari biasa jarang membawa buku bahkan gak pernah, saat masa ujian selalu membawa buku kemana pun pergi, kecuali toilet.      Waktu untuk bercandapun bahkan nggak ada. Hampir seluruh waktu dicurahkan untuk belajar. Ada fakta unik, karena terlalu bersemangatnya dalam belajar beberapa santri menjadikan kelas sebagai kamar ke-2. Baju, piring, semuanya ada di situ. Persiapan sholat dari kelas tersebut, habis sholat juga ke kelas. Kamar tidur yang aslinya seakan bukan kamarnya.  
Subhanallah, sungguh suasana impian yang mungkin diharapkan oleh seluruh waraga pondok untuk terus hidup walaupun itu diluar masa –masa ujian. Sehingga lingkungan pondok benar-benar menjadi lingkungan bagi penuntut ilmu. Tiada bercanda, olahraga diluar jadwal. Semua santri hidup di pondok benar-benar untuk ilmu. 
      Namun disamping ada yang begitu semangat dan khusuk belajar, tapi masih juga ditemukan santri yang kesadaran untuk belajar dalam menghadapi tes rendah. Seolah-olah mereka tidak sedang dalam masa ujian. Pagi habis subuh tidur, siang bermain-main, malam tidur, yang lebih parah lagi beberapa oknum bermain badminton di pagi, siang, tengah malem, dan bukan pada hari olahraga lagi. Dan dampak dari itu ada laporan dari seseorang ustadz yang menjadi pengawas bahwasanya ada santri yang tidur pada saat ujian berlangsung, bermimpi menyelesaikan soal padahal soalnya belum dikerjakan. Ironis sekali, ujian tidur ? 
       Di beberapa hari sebelum berakhir, ustadz menerapkan hukuman gundul bagi para pencontek dan push up bagi siapa yang ditemui di jalan tanpa membawa buku. Dan hal itu sudah memakan korban beberapa orang yang ketauan mencontek saat ujian berlangsung. Sebuah kebijakan mungkin tepat untuk meminimalisir kecurangan dalam ujian dan juga menyadarkan para santri agar berjuang dengan usaha  sendiri-sendiri sesuai kemampuan. Lanjutkan !

0 komentar:

Post a Comment